BAB VII : Pertentangan Sosial & Integrasi
Masyarakat
Pendahuluan
Hidup
bermasyarakat adalah hubungan antar individu-individu maupun antar kelompok dan
golongan yang terjadi dalam proses kehidupan. Hidup bermasyarakat juga berarti
kehidupan dinamis, dimana setiap anggota masyarakat salaing berinteraksi,
member dan menerima (take and give). Hubungan antar individu ini pun diikat
oleh ikatan yang berupa norma serta nilai-nilai yang telah dibuat bersama para
anggota. Norma dan nilai-nilai inilah yang menjadi alat pengendali agar para
anggota masyarakat tidak terlepas dari rel ketentuan yang telah disepakati itu.
Solidaritas, toleransi dan tenggang rasa adalah bukti kuatnya ikatan itu. Sakit
salah satu anggota masyarakat akan dirasakan oleh anggota masyarakat lainnya.
Dari hubungan seperti itulah lahir keharmonisan dalam hidup bermasyarakat.
Pada
kenyataannya tidak semua masyarakat membentuk sebuah harmonisasi. Pada
kondisi-kondisi tertentu hubungan antara masyarakat diwarnai berbagai
persamaan. Namun sering juga didapati perbedaan-perbedaan, bahkan pertentangan
dalam masyarakat. Hal-hal seperti itulah yang menimbulkan perpecahan dalam
masyarakat.
Perbedaan Kepentingan
Perbedaan
kepentingan sebenarnya merupakan sifat naluriah disamping adanya persamaan
kepentingan. Bila perbedaan kepentingan itu terjadi pada kelompok-kelompok
tertentu, misalnya pada kelompok etnis, kelompok agama, kelompok ideology
tertentu termasuk antara mayoritas dan minoritas. Maksudnya adalah pendapat
atau kepentingan seseorang yang berbeda dengan yang lainnya. Terkadang bisa
menyebabkan perdebatan yang bisa berakhir secara damai atau sebaliknya berakhir
secara anarkis.
Namun jika dicermati, perbedaan kepentingan dapat disiasati dengan saling
bertoleransi dan meningkatkan solidaritas antar masyarakat agar bisa tetep
hidup berdampingan dalam suasana yang harmonis.
Diskriminasi & Ethosentris
Prasangka
(prejudice) diaratikan suatu anggapan terhadap sesuatu dari seseorang bahwa
sesuatu itu buruk dengan tanpa kritik terlebih dahulu. Baha arab menyebutnya
“sukhudzon”. Orang, secara serta merta tanpa timbabang-timbang lagi bahwa
sesuatu itu buruk. Dan disisi lain bahasa arab “khusudzon” yaitu anggapan baik
terhadap sesuatu.
Prasangka
menunjukkan pada aspek sikap sedangkan diskriminasi pada tindakan. Menurut
Morgan (1966) sikap adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif
atau negarif terhadap orang, obyek atau situasi. Sikap seseorang baru diketahui
setelah ia bertindak atau beringkah laku. Oleh karena itu bisa saja bahwa sikap
bertentangan dengan tingkah laku atau tindakan. Jadi prasangka merupakan
kecenderungan yang tidak nampak, dan sebagai tindak lanjutnya timbul tindakan,
aksi yang sifatnya realistis. Dengan demikian diskriminatif merupakan tindakan
yang relaistis, sedangkan prsangka tidak realistis dan hanya diketahui oleh
diri individu masing-masing.
Prasangka
ini sebagian besar sifatnya apriori, mendahului pengalaman sendiri (tidak
berdasarkan pengalaman sendiri), karena merupakan hasil peniruan atau
pengoperan langsung pola orang lain. Prasangka bisa diartikan suatu sikap yang
telampau tergesa-gesa, berdasarkan generalisasi yang terlampau cepat, sifat
berat sebelah, dan dibarengi proses simplifikasi (terlalu menyederhanakan)
terhadap sesuatu realita. Dalam kehidupan sehari-hari prasangka ini banyak
dimuati emosi-emosi atau unsure efektif yang kuat.
Tidak
sedikit orang yang mudah berprasangka, namun banyak juga orang-orang yang lebih
sukar berprasangka. Mengapa terjadi perbedaan cukup menyolok ? tampaknya
kepribadian dan inteligensi, juga factor lingkungan cukup berkaitan engan
munculnya prasangka. Orang yang berinteligensi tinggi, lebih sukar
berprasangka, mengapa ? karena orang-orang macam ini berikap dan bersifat
kritis. Prasangka bersumber dari suatu sikap. Diskriminasi menunjukkan pada
suatu tindakan. Dalam pergaulan sehari-hari sikap prasangka dan diskriminasi
seolah-olah menyatu, tak dapat dipisahkan. Seseorang yagn mempunyai prasangka
rasial, biasanya bertindak diskriminasi terhadap ras yang diprasangkainya.
Walaupun begitu, biasa saja seseorang bertindak diskriminatof tanpa latar
belakang prasangka. Demikian jgua sebaliknya seseorang yang berprasangka dapat
saja bertindak tidak diskriminatif.
Sebab-sebab
timbulnya prasangka dan diskriminasi :
1. berlatar
belakang sejarah
2.
dilatar-belakangi oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional
3. bersumber
dari factor kepribadian
4. berlatang
belakang perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama
Usaha-usaha
mengurangi/menghilangkan prasangka dan diskriminai
1. Perbaikan
kondisi sosial ekonomi
2. Perluasan
kesempatan belajar
3. Sikap
terbuka dan sikap lapang
Etnosentrisme yaitu
suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya
sendiri sebagaai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak dan diepergunakan sebagai
tolok ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain.
Etnosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk menginterpretasikan atau
menilai kelompok lain dengan tolok ukur kebudayaannya sendiri. Sikap
etnosentrisme dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung, tidak luwes.
Pertentangan-Pertentangan Sosial / Ketegangan Dalam
Masyarakat
Konflik
(pertentangan) mengandung suatu pengertian tingkah laku yang lebih luas dari
pada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan
yang kasar atau perang. Dasar konflik berbeda-beda. Terdapat 3 elemen dasar
yang merupakan cirri-ciri dari situasi konflik yaitu :
1.
Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau baigan-bagianyang terlibat di dalam
konflik
2.
Unti-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam
kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap,
maupun gagasan-gagasan
3.
Terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai
perbedaan-perbedaan tersebut.
Konflik
merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang
sering dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat
terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu individu, sampai kepada
lingkungan yang luas yaitu masyarakat :
1.
Pada taraf di dalam diri seseorang, konflik menunjuk kepada adanya
pertentangan, ketidakpastian, atau emosi-emosi dan dorongan yang antagonistic
didalam diri seseorang
2.
Pada taraf kelompok, konflik ditimbulkan dari konflik yang terjadi dalam diri
individu, dari perbedaan-perbedaan pada para anggota kelompok dalam
tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan norma-norma, motivasi-motivasi mereka untuk
menjadi anggota kelompok, serta minat mereka.
3.
Para taraf masyarakat, konflik juga bersumber pada perbedaan di antara
nilai-nilai dan norma-norma kelompok dengan nilai-nilai an norma-norma kelompok
yang bersangkutan berbeda.Perbedan-perbedaan dalam nilai, tujuan dan norma
serta minat, disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman hidup dan
sumber-sumber sosio-ekonomis didalam suatu kebudayaan tertentu dengan yang aa
dalam kebudayaan-kebudayaan lain.
Adapun
cara-cara pemecahan konflik tersebut adalah :
1.
Elimination; yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang telibat dalam konflik
yagn diungkapkan dengan : kami mengalah, kami mendongkol, kami keluar, kami
membentuk kelompok kami sendiri
2.
Subjugation atau domination, artinya orang atau pihak yang mempunyai kekuatan
terbesar dapat memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya
3.
Mjority Rule artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting akan
menentukan keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi
4.
Minority Consent; artinya kelompok mayoritas yang memenangkan, namun kelompok
minoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakan untuk
melakukan kegiatan bersama
5.
Compromise; artinya kedua atau semua sub kelompok yang telibat dalam konflik
berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah
6.
Integration; artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan,
dipertimbangkan dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan
yang memuaskan bagi semua pihak.
Integrasi Sosial
Integrasi berasal dari bahasa inggris "integration" yang
berarti kesempurnaan atau keseluruhan. integrasi sosial dimaknai sebagai proses
penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan
masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki
keserasian fungsi.
Definisi
lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik
beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat,
namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing.
Integrasi
memiliki 2 pengertian, yaitu :
·
Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu
sistem sosial tertentu
·
Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu.
Sedangkan yang disebut integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan,
disatukan, atau dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau
kemasyarakatan. Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar
meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun
konflik yang terjadi secara sosial budaya.
Menurut
pandangan para penganut fungsionalisme struktur sistem sosial senantiasa
terintegrasi di atas dua landasan berikut :
- Suatu
masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya
konsensus (kesepakatan) di antara sebagian besar anggota masyarakat
tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental (mendasar)
- Masyarakat
terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota
dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation). Setiap
konflik yang terjadi di antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial
lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda (cross-cutting
loyalities) dari anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial.
Penganut
konflik berpendapat bahwa masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan karena
adanya saling ketergantungan di antara berbagai kelompok. Integrasi sosial akan
terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang
batas-batas teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial.
Bentuk
Integrasi Sosial :
·
Asimilasi, yaitu pembauran Kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas
kebudayaan asli.
· Akulturasi,
yaitu penerimaan sebagian unsur-unsur asing tanpa menghilangkan kebudayaan
asli.
Faktor-Faktor
Pendorong :
A. Faktor
Infernal :
·
Kesadaran diri sebagai makhluk sosial
·
Tuntutan kebutuhan
·
Jiwa dan semangat gotong royong
B. Faktor
External :
·
Tuntutan perkembangan zaman
·
Persamaan kebudayaan
·
Terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama
·
Persaman visi, misi, dan tujuan
·
Sikap toleransi
·
Adanya kosensus nilai
·
Adanya tantangan dari luar
Syarat
Berhasilnya Integrasi Sosial :
1.
Untuk meningkatkan Integrasi Sosial, Maka pada diri masing-masing harus
mengendalikan perbedaan/konflik yang ada pada suatu kekuatan bangsa dan bukan
sebaliknya.
2.
Tiap warga masyarakat merasa saling dapat mengisi kebutuhan antara satu dengan
yang lainnya.
Integrasi Nasional
Integrasi
nasional adalah kerjasama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari individu,
keluarga, lembaga-lembaga masyarakat dan masyarakat secara keseluruhan.
Integrasi
nasional akan lahir jika integrasi sosial dalam masyarakat berjalan dengan
baik. Kesempurnaan dalam integrasi sosial sebuah masyarakat akan membentuk
kekuatan suatu bangsa. Perbedaan pendapat, keyakinan, suku, ras dan budaya
dapat diatas dengan tingginya solidaritas dan tenggang rasa antar masyarakat.
Sudah barang tentu integrasi nasional akan terbentuk dengan sendirinya.
jadi alangkah lebih baiknya bila kita hidup dengan bersahaja dengan masyarakat lain tanpa adanya pertentangan sosial ataupun konflik apapun dengan masyarakat. Hal tersebut dapat terwujud apabila kita lebih meningkatkan integrasi nasional dalam masyarakat. Dengan demikian maka akan tercipta keharmonisan dan kemakmuran dalam kehidupan bermasyarakat.
itulah sepintas PENJABARAN dan SARAN dari saya, SEMOGA BERMANFAAT!!
sumber: http://chefmila.webs.com/bab8.htm
No comments:
Post a Comment